1. Tidak ambisius
Terus terang, pada dasarnya kami berdua (saya dan m’Agus) bukan tipe orangtua ambisius yang ngotot menjejali anaknya dengan berbagai macam ini itu hanya demi supaya si anak tampak menonjol. Termasuk diantaranya saat mengajari membaca. Kami menerapkan prinsip: let if flow.
Ini penting sebagai dasar pengajaran. Karena ketika kita sebagai orangtua terbebani dengan ambisi-ambisi tertentu dalam mendidik anak, maka hasil yang keluar adalah rasa frustasi saat si anak tidak menunjukkan hasil yang diharapkan.
2. Mulai dengan pengenalan abjad
Perkenalkan ke-26 abjad kepada anak dengan cara kreatif. Hindari session khusus untuk belajar. Karena cara yang paling efektif untuk mengajari anak (dalam berbagai hal) adalah dengan bermain.
Tips.
* Beli satu kantung Nugget berbentuk alphabet. Ajaklah anak Anda bermain Peta Harta Karun. Cara bermain: Goreng nugget sampai matang. Sisipkan di dalam nasi yang akan dimakan anak Anda. Kemudian minta anak Anda untuk mencari huruf tertentu yang telah Anda sebutkan.
Jangan kecil hati jika si anak masih sering salah tunjuk atau keliatan ngawur. Namanya juga proses belajar, kan? Sebaliknya jika si anak mampu menunjuk huruf yang kita minta secara tepat, beri dia reward berupa pelukan atau ciuman.
3. Merangkai huruf
Setelah pada usia 1.5 tahun Kayla mampu menghafal seluruh abjad dengan baik dan benar, maka yang saya lakukan selanjutnya adalah mengajarinya untuk merangkai huruf-huruf tersebut.
Tapi kesalahan fatal yang saya lakukan adalah saya mengajari Kayla dengan metode urdu. Misalnya kata BOLA yang selalu saya eja dengan: Be-O, BO, eL A, La = BOLA. Atau BUDI menjadi Be-U, BU, De-i, DI = BUDI. Sesuai dengan apa yang pernah saya pelajari ketika masih SD dulu: huruf per huruf dirangkai terlebih dahulu untuk kemudian disambung menjadi suku kata dan akhirnya menjadi sebuah kata yang utuh.
Dan ternyata metode pengajaran secara urdu tersebut terbukti kurang efektif karena dalam kurun waktu 1 bulan kemampuan membaca Kayla masih tersendat-sendat. Tidak ada kemajuan yang berarti. Sempet heran juga sih, sebenernya. Salahnya dimana?!
Sampai kemudian akhirnya aku berusaha untuk merubah metode merangkai huruf tersebut menjadi merangkai suku kata. Sehingga kata BOLA dieja menjadi BO-LA dan BUDI menjadi BU-DI.
Ajaib! Dalam waktu 1 minggu sesudahnya, tiba-tiba Kayla sudah mampu dilepas membaca sendiri secara lancar.
4. Sediakan buku yang cukup
Jika dana Anda tidak terbatas, mengapa tidak menggunakannya untuk memanjakan anak Anda dengan membelikan buku-buku bermutu untuknya secara rutin, seminggu sekali, misalnya?
Karena ada juga fenomena orangtua yang mempunyai dana tidak terbatas tapi merasa sayang membelanjakan uangnya untuk membelikan buku bagi anaknya. Sehingga meskipun tas tangan yang ditenteng sang Ibu berharga jutaan, tapi untuk buku seharga (cuma) 20-40rb dianggap mahal sekali.
Lantas bagaimana dengan Anda yang dananya tidak tak terbatas? Jangan khawatir. Karena Anda masih bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan swasta/pemerintah, membeli buku-buku bekas dengan harga yang lebih miring, meminjam dari teman/saudara, etc.
Kesimpulan: selalu sediakan bahan bacaan bagi anak Anda, entah bagaimana caranya.
5. Jadilah contoh yang baik
Tunjukkan kepada anak Anda bahwa kegiatan yang paling sering Anda lakukan untuk mengisi waktu luang adalah membaca. Sehingga anak Anda akan tergerak untuk menyukai buku, seperti halnya orang tua mereka.
tips dari mba vina ~ Seoul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar